Entri Populer

Jumat, 17 Juni 2011

amenore

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karsinoma servik uteri merupakan penyakit keganasan pada wanita yang paling banyak dijumpai.Frekuensi kesakitan dan angka kematian karena neoplasma ini merupakan yang terbanyak dari penyakit keganasan ginekologi.Setiap tahunnya diperkirakan terdapat 500.000 kasus karsinoma servik uteri di seluruh dunia, 77% diantaranya ada di negara-negara berkembang . Para ahli dari Universitas Of Minnesota Comprehensive Cancer dalam Jurnal Of  the American Medical Association pada tahun 2005 sekitar 10.000 wanita didiagnosis kanker servik (IDI, 2005).
Karsinoma servik uteri ini menempati urutan kedua  setelah kanker payudara, sedangkan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia    kanker servik uteri menemapati  urutan pertama. Saat ini yang diyakini sebagai penyebab mayor adalah Virus Papiloma Manusia atau Human Papiloma Virus (HPV). Hal ini didukung bukti-bukti ilmiah bahwa penderita karsinoma servik uteri hampir 95 % pada serviknya didapatkan DNA HPV. Sedangkan faktor resiko untuk terjadinya karsinoma servik uteri adalah tingkat sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah, ini berkaitan dengan rendahnya kebersihan di daerah kemaluan (Anugrah, 2007).
Karsinoma servik uteri utamanya menyerang wanita dari kelas menengah kebawah dan mereka yang memiliki akses yang memprihatinkan pada perawatan medis rutin. Sehingga pada beberapa negara berkembang yang kebanyakan bergolongan menengah kebawah sering terjadi kanker servik uteri bahkan kanker ini merupakan sebab kematian. Menyadari dampak krisis ekonomi terhadap masyarakat, maka pemerintah sejak bulan oktober 1998 melakukan upaya penyelematan (rescuer) melalui program Jaring Perlindungan Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) kelompok sosial yang dijadikan program JPS-BK adalah keluarga miskin (Gakin) yaitu keluarga yang selain kurang memiliki akses yang memadai untuk mendayagunakan sumber pelayanan kesehatan profesional, juga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sehari-hari (Thaha, 2004).

B. Rumusan Masalah

  1. Apakah pengertian karsinoma servik?
  2. Siapakah yang berisiko terkena karsinoma servik?
  3. Bagaimanakah gambaran klinik karsinoma servik?
  4. Bagaimanakah pencegahan karsinoma servik?
  5. Bagaimanakah penanganan karsinoma servik?

C. Tujuan

  1. Untuk mengetahui pengertian karsinoma servik.
  2. Untuk mengetahui faktor risiko karsinoma servik.
  3. Untuk mengetahui gejala karsinoma servik.
  4. Untuk mengetahui pencegahan karsnoma servik.
  5. Untuk mengetahui pengobatan karsinoma servik.

D. Manfaat

  1. Bagi Penulis
manfaat bagi penulis adalah dapat manambah pengetahuan dan wawasan khususnya tentang penyakit karsinoma servik.
2.      Bagi Ilmu Pengetahuan
Dapat menambah informasi kesehatan khususnya di bidang kebidanan dalam hal karsinoma servik.
a.       Bagi pembaca
·         Bagi Wanita
Dengan adanya makalah ini diharapkan wanita pada masa dewasa mendapatkan informasi yang tepat dan dapat menambah ilmu pengetahuan sehingga dapat mencegah tejadinya karsinoma servik.
·         Bagi Institusi
Makalah ini diharapkan dapat menambah kepustakaan sebagai sarana memperkaya ilmu pengetahuan pembaca khususnya tentang karsinoma servik.
·         Bagi tenaga kesehatan
Makalah ini diharapkan memberikan manfaat bagi para tenaga kesehatan untuk dijadikan masukan dan meningkatkan pelayanan kesehatan, yang terkait dengan penanganan karsinoma servik.
           


    BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian

            Karsinoma serviks uteri merupakan salah satu kanker terbanyak diderita oleh wanita. Karsinoma servik dikenal pula sebagai kanker mulut rahim atau 'cervical carcinoma' merupakan penyebab utama kematian wanita akibat penyakit keganasan dan 80% kejadian ini terjadi di negara sedang berkembang.
Saat ini telah diketahui bahwa hampir semua kejadian karsinoma servik disebabkan oleh paparan terhadap virus HPV-human papillomavirus resiko tinggi yaitu tipe 16,18,31,33 dan 35.virus HPV tipe 6 dan 11 seringkali berhubungan dengan kondiloma servik dan neoplasia intraservical derajat rendah ( low grade cervical intraepithelial neoplasia-CIN ).
Servik wanita peka terhadap stimuli karsinogenik oleh karena adanya metaplasia skuamosa pada zona transformasi yang berhubungan dengan siklus perubahan endokrinologi yang berhubungan dengan siklus haid. Sebenarnya metaplasia skuamosa adalah proses normal, namun adanya pengaruh dari infeksi virus HPV terjadi perubahan seluler atipik pada zona transformasi yang dinamakan CIN - cervical intraepithelial neoplasia yang merupakan cikal bakal dari karsinoma servik. CIN adalah penyakit dengan rentang CIN 1 (displasia ringan ) sampai CIN 3 (displasia berat dan karsinoma insitu ). Sekurang-kurangnya 35% penderita CIN 3 akan masuk kedalam stadium karsinoma invasif dalam waktu 10 tahun.

B. Faktor Resiko

Faktor resiko terjadinya karsinoma servik erat hubungannya dengan perilaku seksual karena penyakit ini diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan secara seksual dengan agen penyebabnya  adalah virus HPV. Faktor resiko karsinoma sevik dibagi menjadi dua kategori, antara lain :
  1. Faktor resiko yang telah dibuktikan
    1. Faktor reproduksi dan sosial :
v  Usia pertama kali berhubungan seksual terlalu muda yaitu kurang dari 18 tahun akan berisiko terkena kanker serviks lima kali lipat.
v  Sering berganti pasangan
v  Multiparitas
v  Kehamilan pertama terjadi pada usia muda
    1. Perokok
Dengan merokok akan terjadi mekanisme kerja langsung ( aktivitas mutasi mucus servik telah ditunjukkan pada perokok ) atau melalui efek imunosupresif dari merokok.
    1. Penyakit akibat hubungan seksual selain HPV antara lain virus herpes simplek, infeksi trikomonas, sifilis dan gonokokus.
  1. Faktor resiko yang diperkirakan
a.       Status ekonomi rendah
Wanita di kelas sosioekonomi rendah memiliki faktor resiko lima kali lebih besar daripada wanita di kelas yang paling tinggi. Hubungan ini mungkin dikacaukan oleh hubungan seksual dan akses ke sistem pelayanan kesehatan.
b.      Pemakaian kontrasepsi oral yang lama
Risiko noninvasive dan invasive kanker servik telah menunjukkan hubungan dengan kontrasepsi oral. Bagaimanapun, penemuan ini hasilnya tidak selalu konsisten dan tidak semua studi dapat membenarkan perkiraan risiko dengan mengontrol pengaruh kegiatn seksual.
c.       Diet
Diet rendah karotenoid dan defisiensi asam folat juga termasuk dalam faktor resiko kanker servik.
d.      Pekerjaan
Diperkirakan bahwa paparan bahan tertentu dai suatu pekerjaan seperti debu, logam, bahan kimia, tar atau oli mesin dapat menjadi faktor resiko kanker servik.
C. Gambaran Klinik
1.      Keputihan
Keputihan yang dimaksud adalah keputihan yang berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan karena pertumbuhan tumor menjadi ulseratif
2.      Perdarahan pervaginam
·         Perdarahan setelah bersenggama (poscoital bleeding), merupakan gejala khas dari karsinoma serviks.
·         Perdarahan yang terjadi lama kelamaan tidak hanya setelah bersenggama saja, tetapi akan lebih sering terjadi bahkan di luar senggama (perdarahan spontan). Perdarahan spontan umumnya terjadi pada tingkat klinik yang lebih lanjut
·         Perdarahan saat defekasi akibat bergesernya tumor eksofitik dari serviks
3.      Anemia akan ikut menyertai karena terjadinya perdarahan berulang.

Berikut ini merupakan gambaran klinik pada setiap tahap penyakit karsinoma servik :
  1. Stadium dini : tidak menunjukkan gejala
  2. Tahap awal    : keputihan berbau, perdarahan vagina abnormal, perdarahan pasca menopause, perdarahan pasca sanggama
  3. Tahap lanjut   : nyeri pelvik, tulang belakang, hidronefrosis
  4. Tahap akhir    : hematuria, hematokezia, urin

D. Stadium
CIN adalah penyakit dengan rentang CIN 1 (displasia ringan ) sampai CIN 3 (displasia berat dan karsinoma insitu ). Sekurang-kurangnya 35% penderita CIN 3 akan masuk kedalam stadium karsinoma invasif dalam waktu 10 tahun. Stadium yang dipakai adalah stadium klinik menurut The International Federation of Gynecology and Obstetric, antara lain :
Stage 0 : Karsinoma in situ, CIN grade III ( lesi belum melebihi membrane basalis )          
Stage I : Karsinoma yang masih  terbatas pada serviks belum mencapai uterus
·         IA : Karsinoma mikroinvasif , masih terbatas di servik. hanya dapat didiagnosis menggunakan mikrokoskop. secara klinis belum terlihat.
-        Stage IA1: Invasi ke stroma kedalamannya tidak lebih dari 3 mm dan penyebaran horizontal tidak lebih dari 7 mm
-        Stage IA2: Invasi ke stroma kedalamannya  antara 3 mm dan 5 mm dan penyebaran horizontal tidak lebih dari 7 mm
·         IB : Karsinoma terbatas di servik, secara klinik lesi jelas terlihat pada serviks
-        Stage IB1: Diameter lesi kurang dari 4 cm
-        Stage IB2: Diameter lesi lebih dari 4 cm
Stage  II : Proses karsinoma keluar dari serviks dan menyebar ke vagina atau parametrium tetapi belum mencapai1/3 distal vagina dan tidak sampai ke dinding pelvis.
·         II A : Penyebaran belum mencapai parametrium
·         II B : Penyebaran sudah sampai ke parametrium
Stage  III : Penyebaran karsinoma mencapai 1/3 distal vagina dan dinding pelvis. Terjadi hidronefrosis dan afungsi ginjal
·         III A : Penyebaran ke 1/3 distal vagina, dinding pelvis
·         III B : Meluas sampai ke dinding pelvis atau terjadi hidronefrosis dan afungsi ginjal
Stage  IV : Tumor telah mencapai mukosa vesika urinaria dan rektum atau meluas ke pelvis
·         IV A : Penyebaran ke organ sekitar
·         IV B : Metastasis jauh dan feses keluar dari vagina

E. Pencegahan
1.      Pencegahan primer
a.       Menunda onset aktifitas seksual
Menunda aktifitas esksual sampai usia 20 tahun dan berhubungan secara monogamy akan mengurangi risiko kanker servik secara signifikan.
b.      Penggunaan kontrasepsi barier
Dokter merekomendasikan kontrasepsi metode barier (kondom, diafragma, spermisida) yang berperan untuk proteksi agen virus.
c.       Penggunaan vaksinasi hpv
Penggunaan vaksinasi hpv mempunyai kemampuan proteksi >90 %
2.      Pencegahan sekunder
a.       Pasien dengan risiko sedang
Hasil tes pap smear yang negative sebanyak tiga kali berturut-turut dengan selisih waktu antarpemeriksaan satu tahun.
b.      Pasien dengan risiko tinggi
Pada pasien yang memulai hubungan seksual < 18 tahun dan wanita yang memiliki banyak partner seharusnya melakukan tes pap tiap tahun.
F. Penanganan
1.      Pada tingkat KIS: tidak dibenarkan melakukan elektrokoagulasi / elektrofulgerasi, bedah krio atau dengan sinar laser kecuali bila yang menangani ahli dalam kolposkopi dan penderitanya masih muda dan belum punya anak. Bila penderita telah cukup tua dan telah cukup anak, dapat dilakukan histerektomi sederhana
2.      Pada tingkat klinik Ia: lakukan penanganan seperti KIS bila invasive belum meluas dan <1>
3.      Pada tingkat klinik Ib, Ib occ., dan IIa: dilakukan histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul. Pasca bedah dilanjutkan dengan penyinaran.
4.      Pada tingkat IIb, III, dan IV tidak dibenarkan melakukan tindakan bedah, karena pengobatan primernya adalah radioterapi
5.      Pada tingkat klinik Iva dan IVb: penyinaran hanya bersifat paliatif, karena kita harus mempertimbangkan kemoterapi, tetapi syarat-syaratnya harus terpenuhi. Untuk ini tak digunakan sitostatika tunggal tetapi regimen yang terdiri dari kombinasi beberapa sitostatika.
Angka harapan hidup setelah dilakukan  pengobatan :
v  Karsinoma in situ : 100%
v  Stadium mikroinvasif : 98%
v  Karsinoma invasif :
-   Stadium I           : 75 - 90%
-   Stadium II          : 40 - 60%
-   Stadium III        : 20 - 25%
-   Stadium IV        :  5 - 10%
Kesembuhan penderita setelah menjalani pengobatan dipengaruhi oleh :
v  Umur penderita
v  Keadaan umum penderita
v  Stadium penyakit
v  Gambaran histologik sel tumor
v  Kemampuan ahli dalam pengobatan
v  Sarana pengobatan yang ada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar